Kisah ini dikutip dari KISAH TAUBATNYA SALAFYTOBAT disalin dari blog generasisalaf.wordpress.com
Tanya:
saya mau tanya? apakah anda benar pernah ikut salafy? mengapa keluar? karena tobat? atau karena pendapat anda tidak dipakai oleh yang lain?sehingga akhirnya anda “purik” dan membuat blog ini? saya cuma tanya, tidak usah emosi…..semoga Alloh menunjuki kita jalan yang lurus…amin
saya mau tanya? apakah anda benar pernah ikut salafy? mengapa keluar? karena tobat? atau karena pendapat anda tidak dipakai oleh yang lain?sehingga akhirnya anda “purik” dan membuat blog ini? saya cuma tanya, tidak usah emosi…..semoga Alloh menunjuki kita jalan yang lurus…amin
Jawaban admin Salafy Tobat :
Alasan saya keluar?
karena saya mengecek di kitab ahlusunnah yang asli dan
tidak hanya taklid dengan artikel atau ocehan ustaz wahaby. Khususnya di bidang
ta’wil ayat mutasyabihat. Coba ande cek di kitab tafsir mu’tabar apakah dalam
kitab itu mengambil makna dhahir lafadz istiwa, yadd (tangan), wajh (wajah),
nur (cahaya) dsb….
saya sarankan
anda membeli kitab asli (bahasa arab) tafsir jalalain, ibnu katsir, qurtubi,
annasafi, …beli dulu kitabnya kemudian klo anda tidak bisa baca, minta
diartikan tiap katanya oleh ustadz yang mahir ‘arabiyah.
ahlusunnah
menta’wil ayat mutasyabihat
Ta’wil berarti
menjauhkan makna dari segi zahirnya kepada makna yang lebih layak bagi Allah,
ini kerana zahir makna nas al-Mutasyabihat tersebut mempunyai unsur jelas
persamaan Allah dengan makhluk.
Dalil melakukan
ta’wil ayat dan hadis mutasyabihat:
Rasulullah
berdoa kepada Ibnu Abbas dengan doa: Maknanya: “Ya Allah alimkanlah dia hikmah
dan takwil Al quran” H.R Ibnu Majah. (Sebahagian ulamak salaf termasuk Ibnu
Abbas mentakwil ayat-ayat mutasyabihah).
Ta’wilan pula ada dua:
Pertama: Ta’wilan Ijmaliyy yaitu ta’wilan yang dilakukan
secara umum dengan menafikan makna zahir nas al-Mutasyabihat tanpa diperincikan
maknanya.
sebagai contoh
perkataan istawa dikatakan istawa yang layak bagi Allah dan waktu yang sama
dinafikan zahir makna istawa kerana zahirnya bererti duduk dan bertempat, Allah
mahasuci dari bersifat duduk dan bertempat.
Kedua adalah: Ta’wilan Tafsiliyy iaitu ta’wilan yang menafikan
makna zahir nas tersebut kemudian meletakkan makna yang layak bagi Allah.
seperti istawa
bagi Allah bererti Maha Berkuasa kerana Allah sendiri sifatkan dirinya sebagai
Maha Berkuasa.
Saya sebelum terkena virus wahaby, saya pernah ngaji
di KH khusnul hidayat – pondok pesantren jamiurrahman (sukun -malang jawa
timur)….
kemudian :
tobatnya setelah konsultasi dengan ustaz syabab ahlusunnah waljamaah (ustaz
kholil muhyidin LC, MAg) – ponpes al itqan – Cengkareng jakarta….
kemudian saya
belajar intensif dipondok darussa’adah (Kyai Muhammad fakhrurrijal) – Jl
Purnawirawan 7 bandar lampung…
alhamdulillah
terbuka hijab “kebatilan wahaby/salafy” ternyata dalil2 mereka adalah salah….
saya sekarang
berakidah ahlusunnah, madzab syafei, dengan keyakinan dan dalil yang kuat…..dan
berusaha mengamalkan sunnah dan dakwah sampai mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar